Sabtu (10/09), Hima dan Himi Persis PK Unpad mengagendakan
untuk berkunjung ke rumah Ustad Atip yang memiliki nama lengkap H. Atip Latifulhayat, SH, LLM, Ph.D, beliau mendapatkan titel Ph. D dan LL.M di faculty of Law, Monash University, Australia. Ustad Atip merupakan aktivis Persis yang baru saja menjadi calon Ketua PP Persis menyaingi Prof. Dr. KH Maman Abdurrahman, MA pada Muktamar yang lalu, sementara sebelumnya beliau menjabat sebagai Ketua Bidang Jamiyyah PP Persis. Dalam muktamar tersebut beliau juga berperan sebagai ketua panitia Muktamar. Kini ia sibuk sebagai dosen di Fakultas Hukum
Unpad juga tercatat sebagai anggota Int’l Association of IT Lawyer dan Int’l Institute of Space Law. Beliau pernah memberikan materi di acara Kabah 2010 termasuk menyediakan tempat
untuk acara tersebut sehingga beliau bisa disebut sebagai salah satu orang yang
sangat mendukung atas perkembangan Hima dan Himi Persis PK Unpad.
Pertemuan siang itu diawali dengan perkenalan oleh Ikbal Dzilal dan Yaufik dari Sastra Arab 2009, Utsman yang
juga diperkenalkan sebagai Ketua Hima dari Ilmu Sejarah 2010, Risna dari Sastra
Arab 2009, Shela dari Pertanian 2010, Achi dari Biologi 2009, Novi sebagai
Ketua Himi yang merupakan mahasiswa Ustad Atip dari Hukum 2010, dan Sarah dari
Keperawatan 2010. Melihat keberagaman asal fakultas masing-masing, Ustad Atip
berharap kajian yang berjalan di Komisariat Unpad dapat beragam pula. Hal
tersebut dimulai dengan komentarnya terhadap SDM Sastra Arab yang dirasa kurang.
Beliau menyayangkan mahasiswa Indonesia yang tidak bisa memiliki jiwa
kompetitif namun mengandalkan koneksi, hal tersebut menjadikan skripsi yang
mereka buat jauh dari standar kualitas yang bagus karena hanya memikirkan ‘asal
lulus’ saja.
Ustad Atip yang merupakan anggota tim Unpad menuju WCU (World Class
University) juga membahas mengenai keadaan kampus yang serba ‘tidak
jelas’. Jika dibandingkan dengan kampus-kampus internasional lainnya, Unpad
sangat jauh tertinggal. Dilihat dari hal-hal kecil, seperti pengadaan sarana
dan prasarana, kerapian kampus, bahkan sikap mahasiswa yang berebutan menaiki
angkutan kampus sudah tidak relevan lagi dengan konsep WCU yang sedang
direncanakan.
Hal diatas bukan hanya terjadi dalam satu instansi, karena memang dari atasnya (pemerintahan Indonesia) sangat tidak jelas. Ustad Atip mengambil contoh kepada sistem pertanian, pertanian di Indonesia memang tidak jelas konsepnya karena negara agraris hanya ada dalam buku saja yang teoritis, sementara dalam pelaksanaannya banyak ketidakjelasan, sehingga akhirnya kekayaan pertanian di Indonesia tidak bisa diberdayakan. Begitu pula dengan sistem kesehatan, birokrasi asuransi kesehatan (askes) yang sangat rumit menjadikan manajemen kesehatan di Indonesia menjadi buruk, contohnya terjadi di Rumah Sakit Umum dr. Slamet di Garut yang mengalami kebangkrutan karena hutang anggaran Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah). Sementara di luar negeri, para pasien dilayani dalam masalah asuransi, ketika mereka sakit maka mereka bisa langsung membayarnya dan meminta bill kepada dokter, bill tersebut dapat dicairkan menjadi uang pada pihak asuransi baik melalui alat yang terpasang di setiap kota maupun lewat pos.
Selain membahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan disiplin ilmu masing-masing, beliau juga membahas mengenai keorganisasian termasuk menanyakan kegiatan apa saja yang tengah dilakukan oleh Hima dan Himi Persis baik yang di komisariat, daerah, wilayah, maupun pusat.
Pembicaraan yang belum terpuaskan itu terpotong karena
beliau harus mendatangi istrinya yang baru saja selesai operasi. Beliau
berharap Hima dan Himi Persis Komisariat Unpad dapat kembali mengunjungi beliau
dan melanjutkan dialog yang lebih menarik. (red: sarah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar